Menjaga Produktivitas Pribadi

Menjaga Produktivitas Pribadi di Era Digital

Menjaga Produktivitas Pribadi, Ingatkah kita era di mana pesan hanya bisa di kirim melalui surat atau telepon rumah? Atau ketika pekerjaan kantor memerlukan berkas fisik yang bertumpuk-tumpuk di meja?

Masih ingatkah ketika berselang beberapa tahun setelahnya ketika teknologi informasi menjadi sedemikian penting untuk segelintir aspek kehidupan di mana perangkat komputer hanya tersedia pada beberapa tempat dan kalangan. Seperti perkantoran dan fasilitas pendidikan dan dengan infrastruktur jaringan yang masih sangat terbatas.

Saat ini, teknologi yang bersifat mobile telah di anggap sebagai bagian tidak terpisah dari hampir sebagian besar aspek kehidupan kita. Bahkan definisi tentang ‘tempat kerja’ telah bertransformasi, tidak lagi terikat oleh empat dinding kantor secara fisik, tapi bisa di mana saja (WFA/Work From Anywhere), asalkan ada koneksi internet.

Kehidupan belajar pun tak lagi hanya terbatas di ruang kelas, tetapi bisa dari kamar tidur, taman, atau kafe favorit kita. Berkonsultasi dengan dokter saat kondisi badan terasa tidak enak cukup dilakukan melalui aplikasi, tanpa perlu bersusah payah menyeret badan ke fasilitas kesehatan, kita pun hanya perlu menunggu di depan pintu rumah untuk menerima obat yang disarankan oleh dokter.

Refleksi

Namun demikian, pernahkah kita berhenti sejenak dan mempertanyakan makna sebenarnya dari kemajuan yang kita rayakan di era digital saat ini? Layar yang kita tatap, entah itu pada ponsel pintar, komputer, atau tablet, seolah menjadi jendela menuju dunia yang penuh dengan potensi tidak terbatas. Akan tetapi, apakah semua kemilau dan gemerlap tersebut benar-benar membawa kita ke arah yang lebih baik?

Di tengah hiruk-pikuk kemajuan teknologi informasi, di mana segalanya Menjaga Produktivitas Pribadi serba cepat dan otomatis, kita sering kali terlena dan lupa untuk merefleksikan dampak nyata dari teknologi informasi dalam keseharian kita. Seiring dengan pertumbuhan aksesibilitas teknologi, muncul sebuah pertanyaan yang seringkali terabaikan namun begitu fundamental: “Apakah dengan seluruh perkakas canggih ini, kita benar-benar menjadi lebih produktif, atau malah terjebak dalam ilusi digital yang tak berujung?”

Menjaga Produktivitas Pribadi, Sebuah survei mencengangkan menunjukkan bahwa rata-rata individu saat ini menghabiskan sekitar lima hingga enam jam sehari menggunakan gadget mereka untuk keperluan di luar pekerjaan. Separuh dari waktu bangun kita dihabiskan dalam dunia digital yang bisa jadi tak lebih dari sekadar distraksi.

Ketergantungan kita pada teknologi tak hanya sebatas alat bantu, melainkan sudah menjelma menjadi gaya hidup. Bagaimana caranya agar kita bisa memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan produktivitas tanpa mengorbankan kesejahteraan mental kita?

Dampak Positif

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan di area teknologi informasi telah memberi kita berbagai kemudahan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Banyak pekerjaan yang dulunya memakan waktu hingga berhari-hari, kini bisa diselesaikan dalam hitungan menit atau bahkan detik.

Menjaga Produktivitas Pribadi, Selembar laporan yang dahulu memerlukan kompilasi data manual, kini dapat dengan cepat dirangkum dengan menggunakan berbagai aplikasi yang canggih. Apakah ini bukan sebuah kemajuan? Selanjutnya, mari kita bicara soal kolaborasi dan komunikasi. Seakan-akan jarak dan ruang bukan lagi hambatan.

Terlepas dimana kita berada, kini kita dapat dengan mudah berdiskusi, berbagi ide, atau bahkan menghadiri konferensi tanpa harus berada di satu ruangan yang sama dengan rekan kerja kita. Akan tetapi, adakah dari kita yang mempertanyakan kualitas dari interaksi yang demikian cepat dan serba instan ini?

Tugas-tugas rutin yang memakan waktu kini dapat dengan mudah diotomatisasi. Dengan demikian, manusia di beri ruang untuk berfokus pada hal-hal yang lebih penting dan strategis.

Apakah kita tidak kehilangan sentuhan manusia yang membuat suatu pekerjaan menjadi lebih berarti? Sebuah pertanyaan kritis yang perlu kita renungkan.

Salah satu contoh sukses perusahaan rintisan di bidang teknologi yang di dirikan di Indonesia. Gojek telah mengubah wajah transportasi dan berbagai macam layanan yang tadinya bersifat konvensional.

Bukan hanya memberikan kemudahan dalam hal akses transportasi, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi dengan membuka lapangan kerja baru dan memfasilitasi UMKM untuk menjual produk mereka.

Tanpa teknologi informasi, transformasi seperti yang dilakukan Gojek mungkin membutuhkan waktu yang jauh lebih lama atau bahkan tidak mungkin terjadi. Selanjutnya mari kita soroti Tokopedia, salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia.

Platform ini adalah representasi nyata bagaimana teknologi informasi memungkinkan ribuan pedagang kecil dan menengah untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan meningkatkan penjualan mereka. Sebelum adanya platform semacam Tokopedia, banyak pedagang kecil yang terbatas oleh geografis dan modal untuk ekspansi. Dengan adanya teknologi informasi, hambatan-hambatan tersebut bisa di atasi.

Dampak Negatif

Sementara banyak yang bersorak atas keberhasilan yang terbentuk di atas kemajuan teknologi informasi, mari kita berhenti sejenak dan perhatikan sisi koin yang lain dari “kebudayaan baru” ini. Di era di mana semua informasi tampaknya berada di ujung jari kita, benarkah kita menjadi lebih tercerahkan atau justru tenggelam dalam lautan di straksi?

Media sosial, notifikasi tanpa henti, dan info-info yang seringkali tidak relevan, mencuri dan mengisap perhatian kita setiap detiknya. Bukannya meningkatkan produktivitas, kita seringkali mulai menemukan diri kita sebagai “budak” dari ponsel pintar kita.

Bicara soal kesehatan mental, internet memungkinkan kita untuk terus tersambung, tapi di sisi lain memunculkan tekanan karena adanya tuntutan untuk selalu “online” dan “tersedia” 24/7 tanpa henti. Belum lagi tekanan untuk tampil sempurna di dunia maya, membandingkan hidup kita dengan orang lain, atau merasa harus selalu mengikuti tren terbaru.

Dalam banyak kasus, teknologi informasi telah memperparah rasa cemas, kesepian, dan bahkan depresi. Tentu saja, kita tidak bisa mengabaikan fenomena ketergantungan teknologi.

Seakan-akan tanpa teknologi, kita menjadi tidak berdaya. Bayangkan saja, berapa banyak di antara kita yang merasa panik saat ponselnya terlupa atau baterainya habis?

Atau berapa kali kita bergantung pada Global Positioning System (GPS) hingga lupa bagaimana rasanya membaca peta tradisional? Kita mulai kehilangan kemampuan dasar yang dulu di anggap penting.

Seolah kita telah di anestesi oleh teknologi sehingga kreativitas dan inisiatif kita terkikis. Sebuah ironi di tengah derasnya pasokan serta ragam kecanggihan, belum lagi membahas tentang melesatnya bidang Artificial Intelligence (AI)/kecerdasan buatan akhir-akhir ini dan menjadi kekahwatiran tersendiri bagi masa depan manusia, baik secara etis maupun sosial.

Seutas Saran

Dari uraian tersebut, kita dapat mengambil beberapa hikmah bahwa ketika di satu sisi teknologi memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas. Baik pribadi dan masyarakat secara umum, pada sisi yang lain, dampak negatifnya bisa sangat merugikan, terutama jika kita tidak mempersiapkan diri maupun orang-orang terdekat kita dengan pendidikan dan kesadaran yang memadai tentang bagaimana cara menggunakan teknologi yang tersedia dengan bijaksana.

Penulis berpendapat serbuan konten dunia maya sebagai konsekuensi interkonektivitas yang masif dan intensif di level individu dapat kita redam dan kendalikan dengan menerapkan beberapa saran berikut. Setidaknya mungkin bermanfaat bagi anda yang saat ini berada dalam usia produktif di mana sehari-hari berkutat dengan berbagai aktivitas sosial, pekerjaan, hiburan di dunia maya, dan memiliki beberapa refleksi yang serupa.

1. Pahami tingkat produktivitas Anda

Masing-masing dari kita memiliki kapasitas produktivitas, baik itu sebagai pelajar, pengajar, karyawan, pemilik usaha, ataupun profesional. Sementara di spektrum yang berbeda, terdapat kondisi-kondisi yang tidak sama pada semua orang, misalnya kondisi sosial ekonomi, anggota keluarga, ataupun kesehatan.

Dengan memahami hal-hal tersebut, Anda dapat mendefinisikan dan menentukan tingkat produktifitas seperti apa yang seharusnya Anda capai. Anda dapat menentukan sebuah tingkat minimal di mana Anda menyelesaikan semua kewajiban produktif secukupnya saja.

Kemudian tentukan tingkatan maksimal, di mana Anda menyelesaikan sebuah kewajiban produktif dengan tujuan mencapai kesempurnaan dalam pekerjaan anda. Tentu saja, pada titik ini anda akan di hadapkan pada pilihan kewajiban-kewajiban produktif mana saja yang hendak Anda utamakan dan prioritaskan.

2. Kenali teknologi yang Anda gunakan

Berbagai macam aplikasi maupun layanan tersedia di pasaran, mulai dari yang free hingga berbayar atau berlangganan. Apapun kebutuhan kita, tinggal mencari di application store terpercaya dan meng-install-nya.

Salah satu cara dalam membuat diri kita tetap memegang kendali adalah dengan mengenali karakter dari aplikasi, perangkat, dan jenis konektivitas yang kita gunakan. Menurut pengamatan penulis, tidak semua orang mengenali karakter aplikasi yang mereka gunakan sehari-hari, dengan demikian tidak menggunakannya secara tepat bahkan menyalahgunakannya, hingga akhirnya dapat mengalami ataupun menjadi penyebab dampak negatif yang telah di uraikan sebelumnya.

Sedikit berbagi terkait kegiatan belajar di Program Studi Sistem Informasi di Ukrida. Mahasiswa di bekali dengan kemampuan dalam mengenali karakter aplikasi, baik aplikasi yang mereka gunakan maupun pada sistem dan aplikasi yang nantinya mereka kembangkan. Hal ini krusial bagi mahasiswa Program Studi Sistem Informasi terkait dengan kompetensi mereka. Yang mencakup pemahaman terhadap aspek UI/UX aplikasi dan aspek human-centered dari aplikasi yang di desain dan di kembangkan.

3. Kelola waktu dan perhatian Anda

Pada saat menggunakan perangkat, kita perlu terus meningkatkan kesadaran. Terutama di saat kita mulai terlena dalam mengkonsumsi beragam konten baru yang di sodorkan oleh aplikasi. D imulai dengan mendefinisikan batasan penggunaan perangkat dalam rutinitas sehari-hari, misalnya, tetapkan waktu tertentu. Untuk memeriksa email atau media sosial, selain itu fokuskan diri pada tugas yang sedang di kerjakan.

Tandai secara mental atau, jika perlu, hindari aplikasi-aplikasi dengan unsur sosial sharing. Algoritma lini masa, dan push notification yang sangat tinggi agar Anda tetap memegang kendali perhatian Anda.

Selain itu, cobalah untuk mengambil jeda sejenak dari layar. Lakukan meditasi singkat atau jalan-jalan sebentar, dan kembali dengan pikiran yang segar. Manfaatkan pula aplikasi-aplikasi yang di rancang untuk mengelola tugas, waktu, dan pengurang di straksi.

Ingatlah selalu bahwa teknologi ada untuk membantu kita, dan tidak untuk menguasai kita. Oleh karena itu, mari kita gunakan teknologi informasi dan berbagai produk dan layanan turunannya dengan bijak dan seimbang. Agar dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi hidup kita.
??

Baca juga: Pengaruh Terhadap Karakter Anak